
Desa Wisata Penglipuran Bali: Desa Terbersih di Dunia dengan Kearifan Lokal yang Masih Terjaga
Pulau Bali tak hanya terkenal dengan pantainya yang eksotis, tapi juga menyimpan banyak keunikan budaya dan tradisi yang masih lestari hingga saat ini. Salah satu destinasi yang mencerminkan kekayaan budaya Bali dan telah mendunia adalah Desa Wisata Penglipuran. Terletak di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, desa ini dikenal sebagai desa terbersih di dunia dan menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat lokal mampu menjaga tradisi dan lingkungannya dengan baik di tengah arus modernisasi.
Desa Penglipuran tidak hanya menarik dari sisi keindahan tata ruangnya, tetapi juga memiliki daya tarik budaya yang kuat, membuatnya menjadi salah satu desa wisata favorit di Bali.
Sejarah dan Asal Usul Desa Penglipuran
Nama "Penglipuran" berasal dari kata "Pengeling Pura" yang berarti "tempat suci untuk mengenang para leluhur." Berdasarkan cerita masyarakat setempat, desa ini dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur mereka yang berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani. Hingga saat ini, warga Penglipuran masih memegang teguh adat, kepercayaan, dan sistem sosial yang diwariskan turun-temurun.
Desa Penglipuran juga menganut sistem sosial adat Bali yang disebut "Awig-Awig", yaitu peraturan desa yang mengatur hubungan sosial, pengelolaan lingkungan, hingga tata cara keagamaan. Dengan sistem ini, desa dapat terjaga kebersihannya dan tetap harmonis dalam kehidupan sosial warganya.
Photo by https://images.app.goo.gl/TM4RX4vjwFdgkena9
Keunikan Tata Ruang dan Arsitektur Desa
Salah satu daya tarik utama Desa Penglipuran adalah tata ruang desa yang tertata rapi dan bersih. Jalan utama desa membentang lurus dari ujung ke ujung, diapit oleh rumah-rumah penduduk yang memiliki arsitektur seragam. Rumah-rumah di desa ini menghadap ke jalan utama dengan halaman yang dibatasi oleh pagar bambu, menciptakan kesan simetris dan harmonis.
Seluruh bangunan di Desa Penglipuran mengadopsi arsitektur Bali tradisional dengan atap yang terbuat dari bambu dan rumput alang-alang. Menariknya, semua rumah di desa ini memiliki ukuran dan bentuk gerbang yang sama, yang dikenal dengan sebutan "angkul-angkul" (gapura tradisional Bali).
Di sisi atas desa terdapat pura sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan di bagian bawah desa terdapat area pemakaman. Penataan ini mengikuti filosofi Tri Hita Karana, yaitu keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Photo by https://images.app.goo.gl/PMyUZRip2xX76Yb58
Budaya dan Tradisi yang Masih Terjaga
Desa Penglipuran menjadi salah satu desa di Bali yang masih sangat menjaga adat dan tradisinya. Penduduk desa masih rutin mengadakan upacara adat dan ritual keagamaan sesuai kalender Bali. Kehidupan sosial warga pun masih sangat erat, mereka hidup dalam semangat gotong royong dan saling membantu.
Yang menarik, di Desa Penglipuran tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan bermotor di area pemukiman. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan-jalan desa yang bersih dan asri. Hal ini menjadi salah satu kunci bagaimana desa ini bisa tetap sejuk, bebas polusi, dan terasa sangat nyaman.
Selain itu, masyarakat Desa Penglipuran juga menerapkan sistem pengelolaan sampah yang baik dan larangan menebang pohon di hutan bambu yang menjadi bagian penting dari lingkungan desa.
Daya Tarik Wisata
Selain keindahan desa itu sendiri, pengunjung juga dapat menikmati berbagai daya tarik di Desa Penglipuran, seperti:
- Hutan Bambu: Terletak di sisi desa, hutan ini menjadi tempat wisata alam yang sejuk dan asri. Pengunjung dapat berjalan santai atau sekadar menikmati ketenangan di bawah rimbunnya bambu.
- Pura Desa: Tempat ibadah utama yang menjadi pusat kegiatan spiritual masyarakat Penglipuran.
- Kuliner Khas: Di desa ini, pengunjung dapat mencicipi berbagai makanan tradisional Bali seperti loloh cemcem (minuman herbal khas Bali), jaje bali (kue-kue tradisional), dan sate lilit.
- Homestay: Beberapa warga menyediakan penginapan bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Penglipuran.
Harga Tiket dan Fasilitas
Desa Penglipuran terbuka untuk umum setiap hari. Harga tiket masuk untuk wisatawan domestik berkisar Rp 15.000 – Rp 25.000 per orang, sedangkan untuk wisatawan mancanegara sekitar Rp 30.000 – Rp 50.000 per orang. Biaya parkir kendaraan juga terjangkau.
Fasilitas di desa ini cukup lengkap, mulai dari area parkir, toilet umum, warung makan, hingga penyewaan pakaian adat Bali bagi wisatawan yang ingin berfoto.
Alamat dan Jam Operasional
Desa Wisata Penglipuran terletak di Jl. Penglipuran, Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80611. Desa yang dikenal dengan keindahan dan keasrian tata ruangnya ini menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang populer di Bali. Pengunjung dapat menjelajahi desa yang bersih, rapi, dan penuh nuansa tradisional Bali setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.30 WITA. Dengan jam operasional yang cukup panjang, wisatawan memiliki waktu yang leluasa untuk menikmati keunikan arsitektur, budaya, dan keramahan warga setempat.
Penghargaan Internasional
Berkat upaya menjaga kebersihan dan kelestarian budaya, Desa Penglipuran telah meraih banyak penghargaan baik nasional maupun internasional. Desa ini dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia dan masuk dalam daftar sustainable tourism oleh berbagai lembaga pariwisata global.
Desa Wisata Penglipuran Bali adalah contoh sempurna bagaimana keindahan alam, kearifan lokal, dan tradisi bisa berjalan beriringan dengan kemajuan pariwisata. Berjalan menyusuri desa ini memberikan pengalaman yang berbeda dari wisata Bali pada umumnya. Suasana yang tenang, lingkungan yang bersih, dan keramahan penduduk menjadi daya tarik utama yang membuat banyak wisatawan jatuh cinta.
Bagi Anda yang ingin merasakan sisi Bali yang lebih otentik, jauh dari keramaian pantai dan kota, Desa Penglipuran adalah destinasi yang wajib Anda kunjungi.
Punya rencana staycation di Bali? Staycation Estetik bersama keluarga atau teman bookingnya di website TwoSpaces aja, dijamin harga terbaik! TwoSpaces juga tersedia di Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Palembang, Jogja, Malang, Bali dan kota besar lainnya.