
Mengunjungi Tempat Bersejarah Lawang Sewu Kota Semarang: Jejak Masa Lalu yang Tetap Abadi
Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah, tidak hanya dikenal sebagai kota pelabuhan dan pusat perdagangan, tetapi juga kaya akan peninggalan sejarah yang merekam perjalanan bangsa Indonesia. Salah satu tempat paling ikonik sekaligus sarat nilai sejarah di kota ini adalah Lawang Sewu. Gedung tua bergaya kolonial ini bukan hanya bangunan cantik yang memesona mata, namun juga saksi bisu dari perjalanan sejarah bangsa, mulai dari era kolonial Belanda, pendudukan Jepang, hingga masa kemerdekaan.
Photo by https://images.app.goo.gl/WYgu6LJyHyvzvie17
Sejarah Lawang Sewu
Lawang Sewu, yang secara harfiah berarti "seribu pintu" dalam bahasa Jawa, merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada awal abad ke-20, tepatnya mulai tahun 1904 dan selesai pada 1907. Gedung ini awalnya difungsikan sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api Hindia Belanda. Lokasinya yang strategis di pusat kota Semarang, tepat di seberang Tugu Muda, menjadikan Lawang Sewu sebagai salah satu landmark yang mudah diakses oleh siapa saja yang berkunjung ke kota ini.
Bangunan ini memiliki ciri khas arsitektur Eropa dengan sentuhan lokal. Gaya arsitektur yang digunakan adalah Indische Empire style dengan pengaruh Art Deco dan Neo-Klasik. Ciri yang paling mencolok dari Lawang Sewu adalah banyaknya pintu dan jendela besar yang membuat ventilasi udara sangat baik. Meski jumlah pintu tidak benar-benar mencapai seribu, keberadaan banyak daun pintu dan lengkungan jendela membuat bangunan ini terlihat seolah memiliki seribu pintu.
Lawang Sewu Sebagai Saksi Perjuangan
Tak hanya sebagai kantor perkeretaapian, Lawang Sewu juga memiliki catatan sejarah kelam yang berkaitan erat dengan masa perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang (1942–1945), gedung ini dialihfungsikan sebagai markas militer Jepang. Di ruang bawah tanahnya, banyak terjadi penyiksaan terhadap para tahanan Indonesia, sehingga menimbulkan kesan angker yang melekat pada bangunan ini selama bertahun-tahun.
Setelah Indonesia merdeka, Lawang Sewu menjadi lokasi Pertempuran Lima Hari di Semarang yang terjadi pada Oktober 1945. Pertempuran ini melibatkan pemuda-pemuda Indonesia yang berusaha merebut gedung dari tentara Jepang. Pertempuran ini meninggalkan banyak korban jiwa, dan jejak-jejaknya masih bisa dilihat di area gedung, termasuk di ruang bawah tanah yang kini menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah.
Wisata Edukasi dan Budaya
Kini, Lawang Sewu dikelola oleh PT Kereta Api Pariwisata dan dibuka untuk umum sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi. Bangunan ini telah direstorasi dan dilestarikan, sehingga pengunjung bisa menikmati keindahan arsitekturnya sambil mempelajari sejarah perkeretaapian Indonesia. Terdapat berbagai ruang pameran yang menampilkan peralatan kereta api, dokumentasi sejarah, dan informasi mengenai perkembangan sistem transportasi di Indonesia.
Salah satu daya tarik utama adalah kunjungan ke ruang bawah tanah, meskipun tidak selalu dibuka karena alasan keamanan dan konservasi. Ruangan-ruangan ini dulunya digunakan sebagai ruang tahanan dan penjara bawah tanah, dan sering dikaitkan dengan kisah mistis dan horor yang menambah kesan misterius Lawang Sewu.
Pengunjung juga bisa mengikuti tur berpemandu untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci tentang sejarah bangunan ini, arsitekturnya, serta kisah-kisah perjuangan yang terjadi di dalamnya. Tour ini sangat cocok bagi pelajar, mahasiswa, maupun wisatawan yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang sejarah bangsa.
Jam Operasional dan Tiket Masuk
Lawang Sewu berada di Jl. Pemuda No.160, Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50132. Tempat wisata bersejarah ini buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 20.00 WIB. Khusus hari Senin, jam operasional lebih pendek, yaitu pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.
Tiket masuk ke Lawang Sewu cukup terjangkau. Untuk pengunjung dewasa, harga tiket sebesar Rp10.000, sedangkan anak-anak dan pelajar dikenakan tarif Rp5.000. Pada hari raya atau libur Lebaran, harga tiket naik menjadi Rp20.000.
Mengunjungi Lawang Sewu bukan sekadar menyaksikan keindahan bangunan tua yang memikat, tetapi juga sebuah perjalanan menembus waktu, menyelami kisah masa lalu yang penuh perjuangan dan pengorbanan. Tempat ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan sejarah, dan menyadarkan kita bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini adalah hasil dari darah dan air mata para pahlawan.
Bagi siapa pun yang datang ke Semarang, Lawang Sewu adalah destinasi yang tak boleh dilewatkan. Di sinilah arsitektur, sejarah, dan nilai-nilai perjuangan berpadu dalam satu ruang yang abadi. Lawang Sewu bukan sekadar gedung tua — ia adalah penanda waktu, jejak sejarah, dan lambang keteguhan bangsa Indonesia.
Punya rencana staycation di Semarang? Staycation Estetik bersama keluarga atau teman bookingnya di website TwoSpaces aja, dijamin harga terbaik! TwoSpaces juga tersedia di Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, Surabaya, Palembang, Jogja, Malang, Bali dan kota besar lainnya.